Hai, hello.. apa kabarnya hari ini? semoga sehat selalu. Setelah galau dan nyari-nyari informasi tentang aliran “sesat”, Ilsa akhirnya terjerumus kedalam aliran “sesat”.
Ya, saya sudah mantap-kan niat dan mengambil resiko untuk masuk aliran “sesat”, aliran sesat yang saya maksudkan disini adalah penggunaan sesuatu yg tidak pada umumnya, dan cenderung berbeda dari kebanyakan pengguna motor lainnya, dan dalam kasus ini adalah penggunaan oli mobil di motor.
Oli motor (MCO = Motor Cycle Oil) pada umumnya memang dirancang untuk penggunaan sepeda motor, namun setelah baca-baca,, banyak blogger roda dua menggunakan oli mobil diesel (HDEO = Heavy Duty Engine Oil) dan oli mobil bensin pada umumnya (PCMO = Passenger Car Motor Oil) yang katanya interval drain atau jarak pergantian oli nya lebih lama dibanding kan jika menggunakan MCO. Setelah baca-baca, info yg saya serap yakni jika ingin memakai oli mobil, filter oli harus diganti bersamaan dengan pemakaian oli mobil untuk pertama kali, istilahnya flushing. Hal ini karena oli mobil memiliki detergent yg tinggi, jadi jangan sampai kotoran atau slug tersumbat di filter oli sehingga oli tidak bersirkulasi dengan optimal dan menyebabkan mesin ambrol. Flushing disarankan 500 km pertama (tergantung kondisi mesin) atau bisa dicek lewat dipstick jika kondisi oli sudah hitam, atau jika motor sudah terasa tidak enak, dan flushing kedua di 1000 km, ganti filter olinya juga. Nah setelah itu baru pemakaian normal. Saya baca-baca ada yg hingga pemakaian 8000 km tetapi kondisi oli masih bagus. Jadinya saya juga kepingin nyoba, bila interval ganti olinya panjang otomatis keuangan lebih irit dan juga mengurangi limbah oli bekas. Go green gitu dech…
Karena N-Max tidak ada filter oli yg terbuat dari kertas, adanya hanya oil strainer dan letaknya juga susah bila harus dibersihkan, makanya setelah bertanya-tanya (lagian kondisi mesin juga masih dibawah 4000 an km jadi masih relatif bersih) bisa langsung pakai saja HDEO maupun PCMO, tidak perlu flushing. Oke lah kalo beg beg beg….
Kebetulan akhir Februari adalah batas terakhir service ke-dua Ilsa. Di buku servis tertera akhir Februari atau <4000 km, ya sudah Ilsa saya masukkan ke beres asia afrika. Saya pesan hanya service saja, sedangkan oli tidak usah diganti (karena akan saya cekokin oli mobil kemudian) dan mengeluhkan bila boncengan ada suara srek, srek, srek,,, di area cvt jika dibawa <40 kpj. Setelah itu saya tinggal.

gratis jasa tune up
Setelah saya ambil, mekanik nya bilang keluhan tidak terjadi, walaupun mekanik sudah boncengan dan bawa 2 putaran (padahal, sebelum dimasukkin ke beres jelas bener bunyi nya). Ya sudahlah can’t complain further, lagi buru-buru. Pulang saja.
Setelah tune up, tenaga Ilsa terasa labih ngejoss, sepertinya powernya meningkat, padahal sih kembali ke performa optimal, namun karena oli belum diganti jadi saya jalan santai saja.
Pulangnya mampir ke toserba beli oli sesat, saya pilihnya yg sesuai SAE recommend pabrikan yakni 10w-40. Ada beberapa pilihan; pertamina fastron techno, shell hellix hx 7, castrol magnatec, dan total quartz 7000, saya pilih yg pertamina fastron techno, sesuai slogan pertamina “kita untung bangsa untung” 😀 (padahal mah lagi kere… :D)
Sampai rumah, langsung eksekusi, tapi sebelumnya saya cek dulu ketinggian oli dengan dipstick. Ketinggian oli berada di dasar dipstick yg berarti volume oli mengalami penguapan. Sedikit informasi, pada saat ganti oli, odometer Ilsa di 3820 km, dan oil trip di 2753 km. Oke, peralatan yg dibutuhkan kunci pas 12 untuk baut oli, tempat penampung oli bekas, corong untuk menuang oli, dan tang untuk membuka dipstick. Pertama-tama posisikan motor dengan standar 2, buka baut pembuangan oli dengan kunci pas 12 hingga longgar saja jangan sampai lepas (tapi terserah aja sih), siapkan wadah penampung di bawah lubang pembuangan oli, lalu buka bautnya dengan tangan, dan biarkan oli mengucur hingga habis.
Widdiiiih hitam nyooo. Sebelumnya, oli yg digunakan yakni oli gratisan dari Yamaha, katanya sih oli super matic yamaha, tapi ngga tau deh bener apa ngga, soalnya motor ditinggal waktu service pertama.
Setelah oli dibiarkan ngucur, saya diamkan selama 20 menit, agar oli lama bener-bener keluar until the very last drop. Setelah dirasa cukup, tutup kembali baut oli hingga kencang, oli pertamina fastron techno (PFT) pun saya tuangkan, karena posisi lubang masuk olinya agak susah dijangkau, saya menggunakan corong. Saya tuangkan perlahan, hingga oli di wadah habis.
Loh.. tapi kan kapasitas oli N-Max 900 ml, sedangkan umumnya kemasan oli 800ml dan 1000 ml, jadi N-Max diisi 1 liter oli dong? Apa ngga kenapa-kenapa tuh?
Iya memang, PFT dan kemasan oli pada umumnya 1 ltr (atau 1000 ml) dan 800 ml (untuk bebek dan matic kecil) adapun kapasitas oli N-Max 900 ml, toleransi 100 ml saya rasa tidak masalah, apalagi ada yang tersisa di wadah, jadi tidak pas 100 ml mungkin kurleb 80 mililiteran. Setelah di cek dengan dipstick juga berada pas di garis maksimal, jadi masih wajar.
Sisa oli bekas nya saya tuangkan ke wadah PFT biar limbahnya tidak tercecer ke mana-mana. Kok berkurangnya banyak sekali ya? (dilihat dari dipstick yg menunjukan dasar minimum) Memang sih ada yg sempet tumpah ke aspal tapi sedikit. Berarti tingkat penguapan olinya tinggi, nanti saya akan bandingkan tingkat penguapan dengan PFT setelah 3000 km 😀

sisa oli bekas berkurang akibat penguapan
Setelah semua baut dirasa sudah tertutup dengan aman, oil trip saya reset nol dan Ilsa saya nyalakan, dalam keadaan stationer, tidak ada perbedaan yg saya rasakan suara rpm pun masih sama dengan sebelumnya. Dipake jalan juga tidak ada perbedaan berarti mungkin nanti bila sudah mencapai beberapa ratus kilometer saya akan review kembali.
Enjoy the reading…
Ara59
Hi… let’s be friend…
e-mail : dawn_alliance@yahoo.co.id
whatsapp : +62816581958
wah selamat ya ilsa… josss
LikeLike
Diracunin sama frozen sih…. 🙂
LikeLike
Om sekarang masih pake pft ?
LikeLike
Masih, udah jalan 3200++…
LikeLike
salah pilih oli itu, diantara pilihan oli yang anda sebutkan diatas ada satu oli yang sanggup menahan friksi dengan hasil menakjubkan, kira kira setanding dengan xado nova drive, amsoil singature series,
royal purple atau castrol power 1 racing. cuma saja semua oli yang anda sebutkan diatas umurnya paling banter cuma buat 2000 an km, maklum oli kelas murah semua tentu life timenya pendek termasuk oli bawaan pabrik yang anda ganti itu.
LikeLiked by 1 person
Oli bawaan pabrik sepertinya memang life timenya pendek. Saya pakai PFT sempet nyentuh 4000km, tapi sisa olinya tinggal sedikit, cukup mengkhawatirkan, jadinya saya ngga mau maksa lagi sampai 4000 km, paling sampe 3000 km. Memang semua oli yg saya sebutkan anda bilang “murah”, karna saya ngga mampu dan ngga masuk di logika saya jika harus beli oli seharga 200rb per liter untuk harian.., hehe 😁.
LikeLike